Kita yang sudah beranak pinak ini masih suka tertatih-tatih menghayati syukur. Kadang ingat. Lebih sering lupa. Padahal, keutamaan syukur luar biasa.
Kata Allah, "Jika kamu bersyukur, sungguh Aku akan benar-benar menambah (nikmat) untukmu." (QS. Ibrahim: 7)
Barangkali, karena kita tak terbiasa menghayati anugerah Allah Ta'ala, sehingga segala fasilitas yang ada pada kita berupa anggota tubuh yang lengkap, fisik yang sehat, kita anggap hal biasa. Seolah sudah semestinya ada. Akibatnya, kita menjadi lalai mensyukurinya. Kita baru perlu merasa bersyukur ketika yang bertambah adalah pendapatan, kedudukan, prestis, dan harta benda. Seakan-akan rezeki hanya seputar itu saja.
Padahal, jika kita renungkan, perintah bersyukur itu berlaku umum. Menyasar siapa saja. Tua, muda, miskin, atau kaya. Bagaimanapun keadaannya. Perintah syukur bukan hanya ditujukan pada mereka yang sedang mendapat gelimang harta benda.
Bagi kita yang Allah karuniai akal sehat, motivasi bersyukur dapat ditumbuhkan dengan cara mentadaburi firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Namun, bagi putra putri kita, motivasi syukur, dan penanaman akhlak mulia pada umumnya, cenderung lebih mudah ditumbuhkan lewat bimbingan dan pembiasaan lewat contoh nyata.
Masalahnya, bagaimana membahasakan konsep syukur pada anak-anak sehingga mudah mereka cerna? Itulah tantangan kita para orang tua.
Saya tulis dua buku bertema syukur untuk anak-anak kita. Dua buku sederhana yang semoga dapat menjadi alat bantu bagi para ayah dan bunda dalam menumbuhkan rasa syukur dalam diri anak-anak serta mengaplikasikannya dalam keseharian mereka.
Kedua buku ini sekarang sedang dalam proses cetak. Saya belum tahu pasti kapan siapnya. Jika sudah selesai, in syaa Allah diumumkan. Semoga Allah mudahkan. ^^
.
.
.
#abunnada
#mawasdiri
#bukubaru
#boardbook