Pada Akhirnya, bukan Kecemerlangan Prestasi & Profesi Anak yang Paling Kita Harapkan
by @Growtheseed
__
Saat itu, kita merasa waktu begitu cepat berlalu. Kita sudah tua renta, atau mungkin sudah terbujur kaku di liang lahat sana.
Sementara anak kita sedang sibuk-sibuknya, sedang di puncak karirnya, sedang di usia kematangannya.
Ketika itu, adakah yang lebih kita harapkan selain kehadiran anak-anak kita—baik itu kehadiran jiwa raganya, atau doa tulusnya untuk kita di alam barzakh?
Jangan sampai kelak kita terlambat menyadari, bahwa ternyata selama ini kita mendidik anak sebatas agar ia cemerlang dalam prestasi dan profesi. Kita lupa mendidiknya agar menjadi anak berbakti.
Ini (mendidik anak agar berbakti) bukan soal terus menerus menuntut dan mengingatkan anak untuk membalas budi atas apa yang kita berikan padanya selama ini (cukuplah dari Allah balasannya, semoga Allah terima amal kita).
Ini soal membangun kesadaran anak agar mampu dan tahu bagaimana cara menempatkan diri. Termasuk tentang bagaimana menempatkan diri sebagai seorang anak di hadapan kita selaku orang tuanya, sebagaimana tuntunan al-Quran dan keteladanan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kami berharap, cerita sederhana dalam buku “Sehari Tanpa Ibu” ini bisa menjadi pintu gerbang upaya itu; mendidik dengan membangun kesadaran, bukan dengan menuntut balas budi.
Berangkat dari inspirasi cerita Al Quran mengenai nasihat Luqmanul Hakim kepada anaknya.
️ Judul Ibu, insyaAllah akan membuat anak paham dengan besarnya kasih sayang seorang Ibu..
️ Judul sabar, menunjukan bagaimana keteladanan sebuah kesabaran dari seorang Ayah..
2 buku ini saling melengkapi isinya